Pukul 20.00 WIB Seorang pemuda manis menyusuri koridor apartement mewah, ia terus tersenyum dan bersenandung mengikuti arah kakinya.
Sesampainya di sebuah pintu yang tinggi ia menghela nafas untuk menenangkan diri lalu dengan keberanian yang sudah datang satu jari telunjuknya menekan sebuah tombol.
CLICK!
Pintu apartement terbuka menampilkan sesosok manusia yang sangat ia rindukan, tanpa pikir panjang ia langsung berhambur memeluknya menenggelamkan diri ke ceruk lehernya menghirup aroma parfum yang maskulin, tidak ingin kehilangan satu pun aroma parfum yang keluar dari tubuhnya. Pemuda yang lebih tinggi tersenyum simpul ia mengelus puncak kepalanya dan mengecup kening pria yang lebih kecil. Setelah puas menciumi ceruk leher, pemuda yang lebih kecil itu berpindah menciumi kedua pipi kekasihnya dengan lembut lalu berhenti di depan bibir pemuda yang lebih tinggi.
“Miss you ben, rasanya mau gila kalau ngga ketemu kamu.” Ungkap pemuda yang lebih kecil.
“Miss you too marcel sayangku, kamu wangi banget parfum kamu aroma bayi aku suka.” Ungkapnya
“Aku ngga pake parfum ya, aku cuma pakai sabun yang soft baby.”
Lalu pria yang lebih tinggi mempersilahkan pria yang lebih kecil masuk ke dalam, benar kegiatan yang dilakukan oleh mereka tadi itu tanpa menutup pintu terlebih dahulu beruntungnya tidak ada yang lewat untuk melihat adegan kedua insan yang sedang melepas rindu.
“Sekarang udah banyak minuman disini, kamu mau minum apa sayang?” Tawarnya
“Lemon tea aja.”
“Sebentar aku bikin dulu ya.” Pemuda yang lebih tinggi pun pergi menuju dapur untuk membuatkan kekasihnya minuman.
Lalu marcel ia melihat sekelilingnya tidak ada yang berubah masih sama seperti terakhir kali ia berkunjung, ia juga ingat apartement ini telah menjadi saksi bisu dua insan untuk menyatakan perasaan masing-masing.
Marcel membuka jaket yang membungkus dirinya ia mulai kepanasan padahal ada pendingin di ruang ini. Lalu ia mendekati prianya melihat bagaimana jari lentik itu membuatkan minuman untuknya, sederhana tetapi malah membuat dirinya terkesan entahlah apapun yang dilakukan prianya pasti sangat terkesan.
“Sayang kamu kok liatin aku senyum-senyum gitu.” Tanyanya
“Pacarku ganteng banget ya, makin ganteng aja.”
“Iya aku emang ganteng kok, marcel udah makan?”
“Udah kok ben.”
“Makan aku belum ya.” Tawa meledek pun terdengar. Merekapun kini duduk di sebuah sofa empuk tanpa ada yang memulai pembicaraan hanya suara seruputan dari minuman hingga marcel tidak tahan dengan keheningan ini maka iapun yang memulai percakapan.
“Ben.”
“Iya marcel.”
“besok libur, aku boleh nginep disini.” Ungkapnya terbata-bata entah apa yang sedang difikirkannya hanya ini yang ia inginkan untuk menghabiskan waktu berduaan saja dengan kekasihnya.
“Boleh kok, kamu udah ijin mami sama papi kamu?”
“Udah, aku bilang mau nginep di apartement ben ngga usah cari aku.” Mantapnya
“Okay, Marcel.”
“Mau peluk boleh ben.” Tanya pria yang lebih kecil
“Boleh sayang sini aku peluk.” Ia mempersilahkan kekasihya untuk memeluk manja.
“Pengen kaya gini terus, kamu wangi banget dan nyaman aku suka.”
“Marcel boleh cium ngga?”
“Ya.”
Kemudian mereka saling mendekat hingga tidak ada jarak diantara keduanya, bibir kedua insan itu menempel merasakan sensasi yang berbeda tidak ada yang tau siapa yang memulai duluan lumatan-lumatan ringan itu, diruangan itu hanya terdengar suara kecapan bibir. Manis itu yang dirasakan oleh keduanya mungkin ciuman ini adalah pertama bagi mereka tapi terlihat tidak ada kecanggungan mereka hanya mengikuti naluri dalam diri yang meminta untuk tidak berhenti sampai situ saja.
Ben menarik marcel kedalam pangkuannya tanpa melepas tautan bibir mereka, mereka sebenarnya sudah kehilangan banyak oksigen persetan dengan itu mereka hanya ingin terus merasakan sensasi lembut dari kedua bibir masing-masing.
“Ben engap.” Ucap marcel menghentikan kegiatan mereka.
Ben tidak mudah untuk berhenti ia menidurkan marcel ke sofa lalu mencium ceruk leher yang harumnya bak bayi.
“Ben geli ih, jangan bikin tanda ya.” Ungkap marcel lagi
“Kamu harum banget marcel aku pengen terus cium kamu disini.” Lalu ia meneruskan kegiatannya mencium, menghirup dan memberi sedikit tanda kemerahan di leher kekasihnya. Saking menikmatinya ia lupa pesan marcel untuk tidak membuat tanda kemerahan.
Mereka adalah kedua insan yang sedang di mabuk asmara kegiatan mereka biasanya hanya terus berkutat dengan buku tebal entah dorongan darimana keduanya terlihat lihai dalam berciuman tanpa memiliki pengalaman apapun.
“Marcel mau lagi.”
“Mau apa sih ben.”
“Bibir kamu ini.” Tunjuknya
Merekapun kembali berciuman tanpa perduli hari esok, hanya saling memuaskan, melepas semua perasaan rindu di dada hingga keduanya tertidur.
End narasi…